Menimbang
|
:
|
a.
|
bahwa
dalam rangka pelaksanaan pengendalian moneter berdasarkan prinsip syariah dan
sebagai salah satu upaya untuk mengatasi kelebihan likuiditas bank syariah,
diperlukan instrumen yang diterbitkan bank sentral yang sesuai dengan
syariah;
|
|
|
b.
|
bahwa
Bank Indonesia selaku bank sentral berkewajiban melakukan pengawasan dan
pengembangan terhadap bank syariah sesuai dengan perundang-undangan yang
berlaku;
|
|
|
c.
|
bahwa
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang berdasarkan sistem bunga tidak boleh
dimanfaatkan oleh bank syariah;
|
|
|
d.
|
bahwa
oleh karena itu, dipandang perlu menetapkan fatwa tentang Sertifikat yang
diterbitkan oleh Bank Indonesia yang sesuai dengan prinsip syariah.
|
Mengingat
|
:
|
1.
|
Firman
Allah, QS. an-Nisa’ [4]: 29
|
|
|
|
يَآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا لاَ
تَأْكُلُوْا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلاَّ أَنْ تَكُوْنَ
تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ...
|
|
|
|
“Wahai
orang-orang beriman, janganlah kalian memakan (mengambil) harta orang lain
secara batil, kecuali jika berupa perdagangan yang dilandasi sukarela
diantara kalian…“
|
|
|
2.
|
Firman
Allah, QS.Al-Baqarah [2]: 275
|
|
|
|
...وَأَحَـلَّ اللهُ الْبـَيْعَ وَ حَرَّمَ الرِّبَوا...
|
|
|
|
“Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.”
|
|
|
3.
|
Firman
Allah, QS. Al-Baqarah [2]: 283
|
|
|
|
..فَإِنْ أَمِنَ بَعْضُكُمْ بَعْضًا فَلْيُؤَدِّ الَّذِى
اؤْتُمِنَ أَمَانَتَهُ، وَلْيَتَّقِ اللهَ رَبَّهُ..
|
|
|
|
“…Maka,
jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai
itu menunaikan amanatnya (hutang-nya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
Tuhannya…”.
|
|
|
4.
|
Firman
Allah, QS. Al-Maidah [5]: 1
|
|
|
|
يَآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا
أَوْفُوْا بِالْعُقُوْدِ …
|
|
|
|
“Wahai
orang-orang beriman, penuhilah akad kalian…”.
|
|
|
5.
|
Firman
Allah, QS. An-Nisa’ [4]: 58
|
|
|
|
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ
تُؤَدُّوْا اْلأَمَانَاتِ إِلىَ أَهْلِهَا...
|
|
|
|
“Sesungguhnya
Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya…”
|
|
|
6.
|
Firman
Allah, QS.al-Maidah [5]: 2
|
|
|
|
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ
وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ
إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
|
|
|
|
“Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu
kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”
|
|
|
7.
|
Hadis
riwayat Abu Dawud dan al-Tirmidzi.
|
|
|
|
أَدِّ اْلأَمَانَةَ إِلَى مَنِ
ائْتَمَنَكَ وَلاَ تَخُنْ مَنْ خَانَكَ (رواه
أبو داود والترمذي، وقال حديث حسن)
|
|
|
|
“Tunaikanlah
amanat itu kepada orang yang memberi amanat kepadamu dan jangan kamu
mengkhianati orang yang mengkhianatimu”
|
|
|
8.
|
Kaidah
Fiqih:
|
|
|
|
ألأَصْلُ فِى الْمُعَامَلاَتِ
اْلإِبَاحَةُ إِلاَّ أَنْ يَدُلَّ الدَلِيْلُ عَلَى تَحْرِيْمِهَا
|
|
|
|
“Pada
dasarnya, segala sesuatu dalam muamalah boleh dilakukan sampai ada dalil yang
mengharamkannya.” (As-Suyuthi, Al-Asybah wan Nadzair, 60)
|
|
|
|
تَصَرُّفُ اْلإِمَامِ عَلىَ
الرَّعِيَّةِ مَنُوْطٌ بِالْمَصْلَحَةِ
|
|
|
|
“Tindakan
Imam [pemegang otoritas] terhadap rakyat harus mengikuti mashlahat.” (As-Suyuthi,
Al-Asybah wan Nadzair, 121)
|
|
|
|
اَلْحَاجَةُ قَدْ تَنْزِلُ مَنْزِلَةَ
الضَّرُوْرَةِ
|
|
|
|
“Keperluan dapat menduduki posisi darurat.” (As-Suyuthi,
Al-Asybah wan Nadzair, 63)
|
Memperhatikan
|
:
|
1.
|
Kesepakatan
para ulama atas kebolehan berakad wadi’ah (al-ida’ wa al-istida’).
Lihat Ibnu Qudamah, al-Mughni, juz VI, h. 382; Al-Sarkhasi,
al-Mabsuth, XI, h. 109; Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa
Adillatuh, V, h. 4018).
|
|
|
2.
|
Pendapat
peserta Rapat Pleno Dewan Syari'ah Nasional pada hari Rabu, tanggal 23
Oktober 2002 M./ 16 Sya’ban 1423 H
|
|
|
|
MEMUTUSKAN
|
Menetapkan
|
:
|
|
FATWA
TENTANG SERTIFIKAT WADI’AH BANK INDONESIA (SWBI)
|
Pertama
|
:
|
1.
|
Bank
Indonesia selaku bank sentral boleh menerbitkan instrumen moneter berdasarkan
prinsip syariah yang dinamakan Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia (SWBI), yang
dapat dimanfaatkan oleh bank syariah untuk mengatasi kelebihan likuiditasnya.
|
|
|
2.
|
Akad yang
digunakan untuk instrumen SWBI adalah akad wadi’ah sebagaimana diatur dalam
Fatwa DSN No. 01/DSN-MUI/IV/2000 tentang Giro dan Fatwa DSN No.
02/DSN-MUI/IV/2000 tentang Tabungan.
|
|
|
3.
|
Dalam
SWBI tidak boleh ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian
(‘athaya) yang bersifat sukarela dari pihak Bank Indonesia.
|
|
|
4.
|
SWBI
tidak boleh diperjualbelikan.
|
Kedua
|
:
|
|
Fatwa ini
berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana
mestinya.
|