FATWA
DEWAN SYARI'AH NASIONAL
NO: 37 /DSN-MUI/X/2002
Tentang
PASAR
UANG ANTARBANK
BERDASARKAN PRINSIP
SYARI’AH
بِسْمِ
اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
Dewan Syari'ah
Nasional setelah:
Menimbang : a. bahwa
bank syariah dapat mengalami kekurangan likuiditas disebabkan oleh perbedaan
jangka waktu antara penerimaan dan penanaman dana atau kelebihan likuiditas
yang dapat terjadi karena dana yang terhimpun belum dapat disalurkan kepada
pihak yang memerlukan;
b.
bahwa dalam rangka peningkatan
efisiensi pengelolaan dana, bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah memerlukan adanya pasar uang antarbank;
c. bahwa
untuk memenuhi keperluan itu, maka dipandang perlu menetapkan fatwa tentang
pasar uang antarbank berdasarkan prinsip syariah.
Mengingat : 1. Firman Allah SWT , QS. al-Maidah [5]: 1
يَاأَيُّهَا
الَّذِيْنَ آمَنُوْا أَوْفُوْا بِالْعُقُوْدِ …
“Hai
orang-orang yang beriman tunaikanlah akad-akad itu…”
2.
Firman Allah SWT , QS. an-Nisa
[4]: 58
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا
الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ
تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ...
“Sesungguhnya
Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya dan
apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah dengan adil…”.
3.
Firman Allah SWT , QS.
al-Baqarah [2]: 275
...وَأَحَلَّ
اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا...
“Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.”
4.
Firman Allah SWT, QS.
al-Baqarah [2]: 278
يَاأَيُّهَا
الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ وَذَرُوْا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَا إِنْ
كُنْتُمْ مُؤْمِنِيْنَ
“Hai
orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba jika kamu
orang yang beriman”.
5.
Firman Allah SWT, QS.
al-Baqarah [2]: 280
وَإِنْ كَانَ ذُوْ عُسْرَةٍ فَنَظِرَةٌ
إِلَى مَيْسَرَةٍ، وَأَنْ تَصَدَّقُوْا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
“Dan
jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai
berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu lebih baik bagimu
jika kamu mengetahui”
6.
Firman Allah SWT, QS. an-Nisa
[4] : 29
يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا لاَ
تَأْكُلُوْا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلاَّ أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً
عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ...
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kalian memakan (mengambil) harta orang lain
secara batil, kecuali jika berupa perdagangan yang dilandasi atas sukarela di
antara kalian..”
7.
Firman Allah SWT, QS. al-Maidah
[5]: 2
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ
وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا
اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”
8.
Hadis Nabi riwayat al-Tirmidzi
dari ‘Amr bin ‘Auf
وَالْمُسْلِمُونَ عَلَى شُرُوطِهِمْ
إِلاَّ شَرْطًا حَرَّمَ حَلاَلاً أَوْ أَحَلَّ حَرَامًا. (رواه الترمذي عن عمرو بن
عوف)
“Kaum
muslimin terikat dengan syarat-syarat yang mereka buat kecuali syarat yang
mengharamkan yang halal atau menghala-lkan yang haram.”
9.
Hadis Nabi riwayat Ibnu Majah
dari Shuhaib:
أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم
قَالَ: ثَلاَثٌ فِيْهِنَّ الْبَرَكَةُ : اَلْبَيْعُ اِلَى أَجَلٍ,
وَالْمُقَارَضَةُ, وَخَلْطُ الْبُرِّ بِالشَّعِيْرِ لِلْبَيْتِ لاَ لِلْبَيْعِ
(رواه ابن ماجه)
“Ada
tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai, muqaradhah
(mudharabah), dan mencampur gandum halus dengan gandum kasar (jewawut) untuk
keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual.”
10.
Hadis Nabi riwayat Abu Dawud
dari Abu Hurairah:
أَناَ ثَالِثُ الشَرِيْكَيْنِ ما لَمْ
يَخُنْ أَحَدُهُمَا صَاحِبَهُ، فَإِذَا خَانَ أَحَدُهُمَا صَاحِبَهُ خَرَجْتُ مِنْ
بَيْنِهِمَا (رواه أبو داود عن أبي هريرة)
“Aku
(Allah) adalah yang ketiga dari dua pihak yang berserikat selama salah satu
pihak tidak mengkhianati pihak yang lain. Apabila salah satu pihak telah
berkhianat, Aku keluar dari mereka.”
11.
Hadis Nabi riwayat Muslim,
al-Tirmizi, al-Nasa’i, Abu Daud, dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah
نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ بَيْعِ الْغَرَرِ (رواه مسلم والترمذي والنسائي وأبو داود
وابن ماجة عن أَبِي هُرَيْرَةَ)
“Rasulullah SAW melarang jual beli yang mengandung gharar”.
12.
Hadis Nabi riwayat Ibnu Majah
dari ‘Ubadah bin Shamit, riwayat Ahmad dari Ibnu ‘Abbas, dan riwayat Imam Malik
dari Yahya
لاَضَرَرَ وَلاَضِرَارَ (رواه ابن ماجة
عن عبادة بن الصامت، وأحمد عن ابن عباس، ومالك عن يحي)
“Tidak
boleh membahayakan orang lain dan menolak bahaya dengan bahaya yang lain.”
13.
Kaidah fiqih:
1-
اْلأَصْلُ فِى الْمُعَامَلاَتِ اْلإِبَاحَةُ إِلاَّ أَنْ يَدُلَّ دَلِيْلٌ عَلَى
تَحْرِيْمِهَا
“Pada
dasarnya, segala sesuatu dalam muamalah boleh dilakukan sampai ada dalil yang
mengharamkannya.” (As-Suyuthi, Al-Asybah wan Nadzair, 60)
2- اَلضَّرَرُ
يُدْفَعُ بِقَدْرِ اْلإِمْكَانِ.
“Segala
madharat (bahaya) harus dihindarkan sedapat mungkin.” (As-Suyuthi,
Al-Asybah wan Nadzair, 62)
3-
اَلضَّرَرُ يُزَالُ.
“Segala
madharat (bahaya) harus dihilangkan.” (As-Suyuthi,
Al-Asybah wan Nadzair, 60)
4-
تَصَرُّفُ اْلإِمَامِ عَلىَ الرَّعِيَّةِ مَنُوْطٌ بِالْمَصْلَحَةِ
“Tindakan
Imam [pemegang otoritas] terhadap rakyat harus mengikuti mashlahat.” (As-Suyuthi,
Al-Asybah wan Nadzair, 121)
5-
دَرْءُ الْمَفَاسِدِ مُقَدَّمٌ عَلَى جَلْبِ الْمَصَالِحِ
“Mencegah
mafsadah (kerusakan) harus didahulukan daripada mengambil kemaslahatan.” (As-Suyuthi,
Al-Asybah wan Nadzair, 78, 105).
Memperhatikan : 1. Substansi fatwa DSN-MUI No.
07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Mudharabah, fatwa DSN-MUI No. 08/DSN-MUI/IV/2000
tentang Musyarakah, fatwa DSN-MUI No.
19/DSN-MUI/IV/ 2001 tentang Qardh, substansi fatwa DSN-MUI No. 01/DSN-MUI/IV/2000
dan 02/DSN-MUI/IV/2000 mengenai akad Wadi’ah, serta fatwa DSN-MUI No.
28/DSN-MUI/III/2002 tentang Jual Beli Mata Uang (Al-Sharf).
2. Pendapat dan saran peserta Rapat Pleno Dewan
Syari'ah Nasional pada Rabu, 23 Oktober 2002 M./ 16 Sya’ban 1423 H.
MEMUTUSKAN
Menetapkan : FATWA TENTANG PASAR UANG ANTARBANK BER-DASARKAN
PRINSIP SYARI’AH
Pertama : Ketentuan Umum
1.
Pasar uang antarbank yang tidak
dibenarkan menurut syariah yaitu pasar uang antarbank yang berdasarkan bunga.
2.
Pasar uang antarbank yang
dibenarkan menurut syariah yaitu pasar uang antarbank yang berdasarkan
prinsip-prinsip syariah.
3.
Pasar Uang Antarbank
berdasarkan prinsip Syariah adalah kegiatan transaksi keuangan jangka pendek
antarpeserta pasar berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
4.
Peserta pasar uang sebagaimana
tersebut dalam butir 3. adalah:
a.
bank syariah sebagai pemilik
atau penerima dana
b.
bank konvensional hanya sebagai
pemilik dana
Kedua : Ketentuan Khusus
1.
Akad yang dapat digunakan dalam
Pasar Uang Antarbank berdasarkan prinsip Syariah adalah:
a.
Mudharabah (Muqaradhah)/ Qiradh
b.
Musyarakah
c.
Qardh
d.
Wadi’ah
e.
Al-Sharf
2.
Pemindahan kepemilikan
instrumen pasar uang sebagaimana tersebut dalam butir 1. menggunakan akad-akad
syariah yang digunakan dan hanya boleh dipindahtangankan sekali.
Ketiga : Penyelesaian Perselisihan
Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi
perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya dapat dilakukan melalui
Badan Arbitrasi Syari’ah yang berkedudukan di Indonesia, setelah tidak tercapai
kesepakatan melalui musyawarah.
Keempat : Penutup
Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan jika di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan
sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal : 23 Oktober 2002 M.
16 Sya’ban 1423 H.
DEWAN SYARI’AH NASIONAL
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketua,
|
Sekretaris,
|
K.H.M.A. Sahal Mahfudh
|
Prof. Dr. H.M. Din Syamsuddin
|