Menimbang
|
:
|
a.
|
bahwa dalam rangka meningkatkan efisiensi pengelolaan dana, bank
syariah dapat melakukan kegiatan usahanya pada Pasar Uang Antarbank
berdasarkan prinsip Syariah yang sudah ada;
|
|
|
b.
|
bahwa dalam pelaksanaan kegiatan Pasar Uang Antarbank berdasarkan
prinsip Syariah diperlukan instrumen yang sesuai dengan
prinsip syariah;
|
|
|
c.
|
bahwa salah satu instrumen yang dapat digunakan dalam Pasar Uang
Antarbank berdasarkan prinsip syariah adalah sertifikat investasi berdasarkan
akad Mudharabah;
|
|
|
d.
|
bahwa oleh karena itu, dipandang perlu menetapkan fatwa tentang
sertifikat investasi mudharabah antarbank;
|
Mengingat
|
:
|
1.
|
Firman Allah SWT, QS. al-Maidah [5]: 1
|
|
|
|
يَاأَيُّهَا
الَّذِيْنَ آمَنُوْا أَوْفُوْا بِالْعُقُوْدِ …
|
|
|
|
“Hai orang-orang yang beriman tunaikanlah akad-akad itu…”
|
|
|
2.
|
Firman Allah, QS. an-Nisa [4]: 58.
|
|
|
|
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ
تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا...
|
|
|
|
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya.”
|
|
|
3.
|
Firman Allah, QS. al-Baqarah [2]: 279
|
|
|
|
وَإِنْ
تُبْتُمْ فَلَكُمْ رُءُوْسُ أَمْوَالِكُمْ لاَ تَظْلِمُوْنَ وَلاَ تُظْلَمُوْنَ
|
|
|
|
“Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu
pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.
|
|
|
4.
|
Firman Allah, QS.Al-Baqarah [2]: 275
|
|
|
|
...وَأَحَلَّ
اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا...
|
|
|
|
“Allah telah menghalalkan
jual beli dan mengharamkan riba.”
|
|
|
5.
|
Firman Allah, QS. al-Baqarah [2]: 278
|
|
|
|
يَاأَيُّهَا
الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ وَذَرُوْا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَا إِنْ
كُنْتُمْ مُؤْمِنِيْنَ
|
|
|
|
“Hai orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkan
sisa riba jika kamu orang yang beriman”
|
|
|
6.
|
Firman Allah, QS. al-Baqarah [2]: 280
|
|
|
|
وَإِنْ كَانَ ذُوْ عُسْرَةٍ
فَنَظِرَةٌ إِلَى مَيْسَرَةٍ، وَأَنْ تَصَدَّقُوْا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ
تَعْلَمُوْنَ
|
|
|
|
“Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah
tangguh sampai berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang)
itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”
|
|
|
8.
|
Firman Allah, QS. an-Nisa [4] : 29
|
|
|
|
يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا
لاَ تَأْكُلُوْا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلاَّ أَنْ تَكُونَ
تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ...
|
|
|
|
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memakan
(mengambil) harta orang lain secara batil, kecuali jika berupa perdagangan
yang dilandasi atas sukarela di antara kalian..”
|
|
|
9.
|
Firman Allah, QS. al-Maidah [5]: 2
|
|
|
|
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ
وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا
اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
|
|
|
|
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”
|
|
|
10
|
Hadist Nabi riwayat Ibn Majah dari Shuhaib:
|
|
|
|
أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم
قَالَ: ثَلاَثٌ فِيْهِنَّ الْبَرَكَةُ : اَلْبَيْعُ اِلَى أَجَلٍ,
وَالْمُقَارَضَةُ, وَخَلْطُ الْبُرِّ بِالشَّعِيْرِ لِلْبَيْتِ لاَ لِلْبَيْعِ
(رواه ابن ماجه)
|
|
|
|
“Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara
tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum halus dengan gandum
kasar (jewawut) untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual.”
|
|
|
11
|
Hadis Nabi riwayat al-Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf
|
|
|
|
وَالْمُسْلِمُونَ عَلَى شُرُوطِهِمْ
إِلاَّ شَرْطًا حَرَّمَ حَلاَلاً أَوْ أَحَلَّ حَرَامًا. (رواه الترمذي عن عمرو
بن عوف)
|
|
|
|
“Kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat yang mereka buat
kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.”
|
|
|
12
|
Hadis Nabi riwayat Muslim, al-Tirmizi, al-Nasa’i, Abu Daud, dan
Ibnu Majah dari Abu Hurairah
|
|
|
|
نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ بَيْعِ الْغَرَرِ (رواه مسلم والترمذي والنسائي وأبو
داود وابن ماجة عن أَبِي هُرَيْرَةَ)
|
|
|
|
“Rasulullah SAW melarang jual beli yang mengandung gharar”
|
|
|
13
|
Hadis Nabi riwayat al-Bukhari dari Abu Rafi’
|
|
|
|
إِنَّ خَيْرَكُمْ أَحْسَنُكُمْ
قَضَاءً (رواه البخاري)
|
|
|
|
“Orang yang terbaik di antara kamu adalah orang yang paling baik
dalam pembayaran hutangnya”
|
|
|
14
|
Hadis Nabi riwayat Ibnu Majah dari ‘Ubadah bin Shamit, riwayat
Ahmad dari Ibnu ‘Abbas, dan Malik dari Yahya
|
|
|
|
لاَضَرَرَ وَلاَضِرَارَ (رواه ابن
ماجة عن عبادة بن الصامت، وأحمد عن ابن عباس، ومالك عن يحي)
|
|
|
|
“Tidak boleh membahayakan orang lain dan menolak bahaya dengan
bahaya yang lain.”
|
|
|
15
|
Kaidah Fiqih:
|
|
|
|
1- اْلأَصْلُ
فِى الْمُعَامَلاَتِ اْلإِبَاحَةُ إِلاَّ أَنْ يَدُلَّ دَلِيْلٌ عَلَى
تَحْرِيْمِهَا
“Pada dasarnya, segala sesuatu dalam muamalah
boleh dilakukan sampai ada dalil yang mengharamkannya.” (As-Suyuthi, Al-Asybah wan Nadzair, 60)
2-
اَلضَّرَرُ
يُدْفَعُ بِقَدْرِ اْلإِمْكَانِ.
“Segala madharat (bahaya) harus dihindarkan
sedapat mungkin.” (As-Suyuthi, Al-Asybah wan Nadzair, 62)
3-
اَلضَّرَرُ
يُزَالُ.
“Segala madharat (bahaya) harus dihilangkan.”
(As-Suyuthi, Al-Asybah wan Nadzair, 60)
4-
تَصَرُّفُ
اْلإِمَامِ عَلىَ الرَّعِيَّةِ مَنُوْطٌ بِالْمَصْلَحَةِ
“Tindakan pemegang otoritas terhadap rakyat
harus mengikuti mashlahat.” (As-Suyuthi, Al-Asybah wan Nadzair, 121)
5-
دَرْءُ
الْمَفَاسِدِ مُقَدَّمٌ عَلَى جَلْبِ الْمَصَالِحِ
“Pencegahan dari kerusakan (mafsadah) harus
didahulukan daripada mengambil kemaslahatan.” (As-Suyuthi, Al-Asybah wan
Nadzair, 78, 105).
|
Memperhatikan
|
:
|
1.
|
Pendapat para ulama yang menegaskan: ( وَإِنِ
اشْتَرَى أَحَدُ الشَّرِيْكَيْنِ حِصَّةَ
شَرِيْكِهِ جَائِزٌ لأَنَّهُ يَشْتَرِي مِلْكَ غَيْرِهِ
) yang
artinya: “Jika salah seorang dari yang bermitra membeli bagian mitranya dalam
kemitraan tersebut, hukumnya boleh, karena ia membeli hak milik orang lain.”
(Ibnu Qudamah, Al-Mughni, juz V hal: 56).
|
|
|
2.
|
Substansi fatwa DSN-MUI No.07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Mudharabah,
fatwa DSN-MUI No.36/DSN-MUI/X/2002 tentang Pasar Uang Antarbank berdasarkan
prinsip Syariah dan fatwa DSN-MUI No.20/DSN-MUI/IV/2001 Pedoman Pelaksanaan
Investasi untuk Reksa Dana Syariah.
|
|
|
3.
|
Pendapat dan saran peserta Rapat Pleno Dewan Syari'ah Nasional
pada Rabu, 23 Oktober 2002 M./ 16 Sya’ban 1423 H.
|
|
|
|
MEMUTUSKAN
|
Menetapkan
|
:
|
|
FATWA TENTANG SERTIFIKAT INVESTASI MUDHA-RABAH ANTARBANK (IMA)
|
Pertama
|
:
|
|
Ketentuan Umum
|
|
|
1.
|
Sertifikat investasi antarbank yang berdasarkan bunga, tidak
dibenarkan menurut syariah.
|
|
|
2.
|
Sertifikat investasi yang berdasarkan pada akad Mudharabah, yang
disebut dengan Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank (IMA), dibenarkan
menurut syariah.
|
|
|
3.
|
Sertifikat IMA dapat dipindahtangankan hanya satu kali setelah
dibeli pertama kali.
|
|
|
4.
|
Pelaku transaksi Sertifikat IMA adalah:
a. bank syariah sebagai pemilik atau penerima dana.
b. bank konvensional hanya sebagai pemilik dana.
|
Kedua
|
:
|
|
Ketentuan Khusus
|
|
|
|
Implementasi
dari fatwa ini secara rinci diawasi
oleh Dewan Pengawas Syariah pada bank syariah dan oleh Bank Indonesia.
|
Ketiga
|
:
|
|
Penyelesaian Perselisihan
|
|
|
|
Jika salah
satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di
antara para pihak, maka penyelesaiannya dapat dilakukan melalui Badan
Arbitrasi Syari’ah yang berkedudukan di Indonesia setelah tidak tercapai
kesepakatan melalui musyawarah.
|
Keempat
|
:
|
|
Penutup
|
|
|
|
Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan
ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan
disempurnakan sebagaimana mestinya.
|