Seiring dengan perkembangan Zaman dan teknologi, banyak
manusia yang tertipu oleh daya tarik dunia ini yang sesungguhnya dunia ini
hanya tempat persinggahan kita yang sementara sedangkan tempat kita yang abadi
dan kekal adalah di akhirat kelak. Banyak orang yang tidak percaya akan adanya
akhirat sehingga menyepelekan masalah yang satu ini, ada pula yang dikarenakan
perkembangan zaman hingga banyak orang melupakan akan akhirat sehingga kondisi
seperti ini akan terjadi terus menerus dan turun menurun yang mengakibatkan
rusaknya akidah-akidah Islam yang tidak lain yang merusaknya adalah orang Islam
itu sendiri. Lain juga akan banyak generasi muda yang sebenarnya orang Islam
tetapi tidak tahu bagaimana caranya mengurus jenazah. Bahkan ada yang tidak
tahu bagaimana caranya sholat dan mengaji. Naudzubillahiminzalik.
Permasalahan seperti diatas harus ditanggulangi sedalam
mungkin dan mendapat perhatian khusus dari keluarga dan masyarakat. Salah satu
cara efektif untuk mengatasi permasalahan diatas yaitu dengan cara mengadakan
pengajian, ceramah, dan siraman rohani dengan rutin. Siraman rohani sebenarnya
sangat dibutuhkan apalagi di zaman seperti sekarang ini yang hanya mementingkan
urusan duniawi dibandingkan akhirati. Melalui cara ini diharapkan generasi muda
pada umumnya dapat terus bersaing dengan kemajuan teknologi, tanpa melupakan
norma-norma agama.
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sikap Rasulullulah SAW apabila ada orang yang
meninggal?
2. Bagaimana hukum sholat jenazah?
3. Siapa sajakah orang-orang yang tidak disholatkan
jenazahnya?
4. Bagaimana tata cara dalam mengurus jenazah?
3. Tujuan
1. Mengetahui sikap Rasulullah SAW apabila ada orang yang
meninggal.
2. Mengetahui hukum sholat jenazah.
3. Mengetahui orang-orang yang tidak dishalatkan jenazahnya.
4. Mengetahui tata cara dalam mengurus jenazah.
PEMBAHASAN
1. Sikap Rasulullah apabila ada orang yang meninggal
Rasulullah SAW sangat berlaku ihsan terhadap seseorang yang meninggal dunia.
Beliau melaksanakan untuknya beberapa urusan yang memberi manfaat bagi si mayit
di dalam kubur dan di hari kiamat. Dan Rasulullah sangat berlaku Ihsan terhadap
ahli kerabat orang yang meninggal itu istimewa kepada ahli rumah mereka sendiri
dan Rasulullah SAW berusaha memberi pelajaran tentang sesuatu yang harus kita
lakukan di dalam bermualamah dengan orang yang membelakangi dunia itu.
Rasulullah SAW berdiri dan
menyuruh sahabat bershaf-shaf di belakangnya untuk memohon ampunan-ampunan
untuk si mayit dan memohon rahmat. Sesudah itu beliau beserta para
sahabat-sahabatnya pergi bersama-sama ke kuburan. Di atas kuburan mereka berdiri
untuk berdoa dan memohon tasbit dan rahmat buat si mayit itu.
Kemudian sering kali Rasulullah SAW mengunjungi kuburan dan menentukan doa-doa
yang menghasilkan rahmat, ampunan, dan kesenangan bagi ahli kubur.
Terkadang jenazah itu dibawa ke masjid untuk beliau
shalatkan. Apabila ada orang yang membawa jenazah, Rasulullah SAW, bertanya:
”apakah orang yang telah meninggal itu ada meninggalkan hutang?” jika orang
yang meninggal itu ada mempunyai hutang, beliau tidak menyolatinya, beliau menyuruh
para sahabat menyolatinya kemudian di kala pembendaharaan negara telah banyak,
beliau membayar hutang-hutang orang yang meninggal itu dan menyolatinya.
A.Menghadap orang sakit atau
sakaratul maut
Keutamaan menjenguk orang yang sakit :
1. Hak & kewajiban sesama muslim
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ : اِنَّ
رَسُولُ اللهِ صلعم قَالَ :
حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ خَمْسٌ :
رَدُّالسَّلاَمِ , وَعِيَادَةُالْمَرِضِ , وَاتِّبَاعُ الْجَنَائِزِ ,
وَاِجَابَةُ الدُّعْوَةِ , وَتَشْمِيْتُ الْعَاطِسِ /
رواه البخارى ومسلم
Artinya : Abu Hurairah
menerangkan : Bahwa Rasulullah s a w bersabda : Hak orang
atas orang muslim lainnya ada lima : menjawab salam , mengunjungi
orang sakit , mengantar jenazah , memenuhi undangan dan mentasymit ( mendoa
‘akan ) orang bersin .
2. Mendapatkan permohonan ampun & keselamatan dari Malaikat.
B. Disyariatkan bagi orang yang sakit.
1. Ridho dan Sabar terhadap ketentuan Allah. Yang dimaksud dengan
sabar adalah menahan jiwa dari penderitaan, menahan lisan dari mengumpat, serta
menahan anggota tubuh dari merusak atau merobek-robek pakaian dan yang
semisalnya.
2.
Berbaik sangka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
3. Memiliki rasa takut &
harap. Takut akan hukuman Allah karena dosa-dosanya dan mengharapkan rahmat
Rab-nya.
4. Sekalipun berat
penderitaan, tidak boleh mengharapkan kematian.
5. Memperbanyak taubat
dan memohon ampunan
6. Diharamkan berobat
dengan sesuatu yang dapat merusak aqidah, seperti menggantungkan jampi-jampi
yang mengandung kalimat syirik/nama-nama asing. Berobat kepada dukun dan
sejenisnya.
7. Dianjurkan berobat
dengan ruqyah yang disyari’atkan, seperti ayat-ayat al-Qur’an dan do’a-do’a
dari Nabi. Ibnu Qayyim berkata:’Yang termasuk pengobatan paling tepat adalah
melakukan kebaikan, berzikir, dan berdo’a juga tunduk kepada Allah dengan
taubat.
8. Dibolehkan berobat
dengan obat-obat yang mubah.
9. Bila ada hak yang
harus ditunaikan, maka sampaikanlah kepada teman atau saudaranya bila hal itu
memudahkannya, namun bila tidak maka berwasiatlah.
10. Menulis wasiat.
C. Adab menjenguk
orang sakit
1. Duduk
di samping kepalanya.
2. Menanyakan
keadaannya.
3. Menanyakan
keinginannya.
4. Mengusap
tubuh yang sakit dengan tangan kanan.
5. Mendoakannya.
6. Mengunjungi
yang sakit bisa dilakukan kapan saja.
D.Tanda-tanda sakaratul maut
1. Terbelalak
& terbaliknya mata, karena mata mengikuti arah ruh ketika keluar dari
jasad.
2. Berubahnya
batang hidung ke kanan atau ke kiri.
3. Berpautnya
betis antara satu dengan yang lainnya.
4. Turunnya
rahang.
5. Jantung
atau nadi berhenti berdetak.
6. Terlepasnya
persendian tulang.
7. Kulit
menjadi tegang terutama di bawah ketiak.
8. Suhu
tubuh menjadi dingin seluruhnya.
9. Tubuh
menjadi keras & kaku terutama jika mayit telah meninggal cukup lama.
10. Perubahan dalam
bau.
11. Hilangnya tanda
hitam pada mata, terutama pada mayit dewasa.
• Apabila seseorang mati mendadak, maka tunggulah sesaat hingga
muncul tanda-tanda tersebut. (minta bantuan dokter/ahli)
• Benar-benar memastikan tanda-tanda yang sudah ada.
E. Beberapa hal yang
sebaiknya dilakukan terhadap orang yang sakit/sakaratul maut.
1. menghibur dengan membesarkan
hatinya.
2. menalkin atau membimbing
dengan bacaan kalimah tauhid
3. meminta agar bersabar
4. memberikan pelajaran dengan
tidak boleh mengharapkan kematian,tetapi boleh berdo‘a
sebagai mana H R Bukhari dan Muslim :
اَللّٰهُمَّ
اَحْيِنِيْ مَا كَانَتِ الْحَيَاةُ خَيْرًالِى وَتَوَفَّنِيْ اِذَا كَانَتِ
الْوَفَاةُ خَيْرًالِى
Artinya : Ya Allah , hidupkanlah aku jika memang baik bagiku , dan
matikanlah aku jika
memang itu baik bagiku .
5. Orang yang sakit parah boleh dibacakan surat Yasin ( HR
Abu Daud , Ibnu Majah dan
Ahmad )
6. Orang yang sakit parah (
hampir meninggal boleh dihadapkan kearah kiblat ) H R Al Hakim dan
Baihaqi : “ bahwasanya ketika Nabi SAW ketika sampai ke Madinah
beliau menanyakan seorang yang bernama Al Bara bi Ma’rur ,
Jawab yang hadir , Ia sudah meninggal dan mewasiatkan sepertga hartanya
kepada engkau dan mewasiatkan pula supaya ia dihadapkan ke kiblat apabila ia
sakit parah , kata Rasulullah SAW : Betul pendapatmu “.
F. Beberapa hal yang
sebaiknya dilakukan Saat kematian
1. Memejamkan
mata , mengatupkan mulutnya , menyedekapkan tangannya serta menyebut – nyebut
kebaikannya
2. Mendo’akannya
dan memintakan ampun
3. Menutup
seluruh badannya dengan kain yang ringan , jika tidak sedang ihram haji atau
umrah , jika sedang ihram haji atau umrah maka kepala dan wajahnya tidak di
tutup
4. Boleh
mencium wajahnya
5. Segera
mengurus hutang - hutangnya
Apabila sudah datang waktu kematian, maka kematian itu akan tiba
juga , sebagaimana firman Allah dalam QS Yunus : 49.
اِذَا
جَآءَ اَجَلُهُمْ فَلَ يَسْتَأْ خِرُوْنَ سَا عَةً وَّ لاَ يَسْتَقْدِ مُوْنَ /
يونس : 49
Artinya : “ Apabila telah
datang ajal mereka , maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun ,
dan tidak (pula) dapat diajukannya ”
Haram melakukan perbuatan niyahah (
meratap ) ketika ada musibah kematian , adapun yang termasuk
niyahah yaitu :
1. اَلصَّالِقَةِ
: Wanita yang menangis menjerit – jerit ketika kena musibah kematian
2. اَلْحَالِقَةِ
: Wanita yang mencukur atau mengacak – acak rambut ketika kena musibah kematian
3. اَشَّاقَّةِ
: Wanita yang merobek – robek baju ketika kena musibah kematian.
G.Beberapa Kewajiban Terhadap
Jenazah
1. Memandikan Jenazah
2. Mengkafani Jenazah
3. Menshalatkan Jenazah
4. Menguburkan Jenazah
2. Hukum Shalat Jenazah
Diantara hal-hal yang disepakati para fuqaha, ialah bahwa shalat jenazah itu,
fardu kifayah, berdasarkan kepada Perintah Rasul SAW, dan kepada sunnah yang
terus menerus dilaksanakan umat disyaratkan untuk shalat jenazah, syarat-syarat
yang difardhukan untuk shalat fardhu; yaitu suci dari hadas besar dan kecil,
menghadap kiblat dan menutup aurat.
Menurut ulama Hanajiyah dan As Syafi’iyah, kita dibolehkan mengerjakan shalat
jenazah disembarang waktu, walaupun diwaktu yang dimakruhkan. Sedangkan menurut
Ahmad dan Ibnul Mubarak memakruhkan kita mengerjakan shalat jenazah di waktu
sedang terbit matahari sedang rembang dan sedang terbenam. Shalat jenazah
mempunyai beberapa rukun yang menjadi dasar hakikatnya. Apabila salah satu
rukun itu ditinggalkan, tidaklah shalat itu dipandang shalat yang sah.
3. Orang-orang yang tidak
dishalatkan jenazahnya
Bahwa orang yang mati syahid dalam perang pada jalan Allah SWT, tidak dilakukan
shalat jenazah atasnya tetapi harus dikuburkan dengan darah-darah dan
lumuran-lumuran yang ada pada tubuhnya. Orang yang tidak dishalatkan jenazahnya
dari orang-orang islam ialah para syahid. Banyak hadis yang menegaskan
demikian. Ada hadis yang shahih yang menegaskan bahwa Nabi Muhammad SAW
menyolati untuk para syahid. Menurut ‘Uqbah Ibn Amir, Nabi SAW, bershalat
jenazah atas orang-orang yang syahid yang dikuburkan di uhud sesudah berlalu
delapan tahun.
Mengenai orang yang luka dalam peperangan, kemudian meninggal (umpamanya di
dalam rumah sakit), maka jenazahnya dimandikan dan dishalatkan, walaupun kita
pandang syahid, karena Nabi Muhammad SAW, memandikan dan menshalatkan jenazah
Sa’ad Ibn Muadz yang meninggal sesudah beberapa hari beliau terluka. Tetapi
kalau hidup dalam keadaan kurang jelas, walaupun masih dapat berbicara, maka
hukumnya disamakan dengan orang yang mati dalam pertempuran.
4. Cara Memandikan Jenazah
Kewajiban
pertama yang harus dilakukan terhadap jenazah adalah memandikannya.
Jenazah dimandikan jika ia memenuhi beberapa syarat, yaitu
a. Orang Islam;
b. Tubuhnya masih ada walaupun hanya sebagian
yang ditemukan, misalnya karena peristiwa kecelakaan;
c. Tidak mati syahid (mati dalam peperangan
membela agama Allah).
Yang berhak memandikan jenazah adalah:
a. Jenazah laki-laki yang
memandikan laki-laki dan sebaliknya kecuali suami atau istri.
b. Jika tidak ada suami/istri
atau mahram maka jenazah ditayamumkan.
c. Jika ada beberapa orang
yang berhak maka diutamakan keluarga terdekat dengan jenazah
Memandikan jenazah dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu
1. Meletakkan mayat di tempat
yang tinggi, seperti bangku panjang;
2. Menggunakan tabir untuk
melindungi tempat memandikan dari pandangan umum;
3. Mengganti pakaian jenazah
dengan pakaian basahan, seperti sarung agar lebih mudah memandikannya, tetapi
auratnya tetap tertutup;
4. Menyandarkan punggung jenazah
dan urutlah perutnya agar kotoran di dalamnya keluar;
5. Membasuh mulut, gigi, jari,
kepala, dan janggutnya;
6. Menyisir rambutnya agar rapi;
7. Menyiram seluruh badan lalu bilas dengan sabun;
8. Mewudukan jenazah;
- Lafal niat
mewudhukan jenazah laki – laki
نَوَيْتُ الْوُضُوْءَ لِهٰذَا الْمَيِّتِ لِلّٰهِ تَعَالَى
- Lafal niat mewudhukan jenazah
perempuan
نَوَيْتُ الْوُضُوْءَ
لِهٰذِهِ الْمَيِّتِ لِلّٰهِ تَعَالَى
9.
Menyiram dengan air yang
dicampur kapur barus, daun bidara, atau daun lain yang berbau harum.
Adapun yang berhak
memandikan jenazah adalah sebagai berikut.
1. Apabila jenazahnya laki-laki, yang berhak
memandikannya adalah
a. Kaum laki-laki;
b. Boleh wanita asalkan istri atau mahramnya;
c. Jika sama-sama ada istri, mahram, dan orang
lain yang sejenis, yang lebih berhak memandikannya adalah istri;
d Jika tidak ada kaum laki-laki dan
mahramnya juga tidak ada, jenazah cukup ditayamumkan saja.
2. Apabila jenazahnya
perempuan, yang berhak memandikan adalah
a. Kaum perempuan;
b. Boleh laki-laki asalkan suami atau mahramnya;
c. Jika sama-sama ada suami, mahram, dan orang lain yang sejenis, yang lebih
berhak memandikannya
adalah suami;
d. Jika tidak ada kaum perempuan dan mahramnya juga tidak ada, jenazah cukup
ditayamumkan saja.
3. Apabila jenazahnya
anak-anak, yang berhak memandikan adalah
a. Kaum laki-laki;
b. Kaum perempuan.
5. Cara Mengafani Jenazah
Setelah memandikan, kewajiban yang harus kita lakukan adalah mengafani.
Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam mengafani jenazah adalah sebagai berikut.
1) Kain kafan harus dalam keadaan baik, tetapi tidak boleh berlebihan, tidak
dari jenis bahan yang mewah dan mahal harganya.
2) Kain kafan hendaknya bersih dan kering serta diberi minyak wangi.
3) Laki-laki dikafani dengan tiga lapis kain kafan, sedangkan perempuan dengan
lima
Lapis. Orang yang meninggal dalam ihram, baik ihram haji maupun
ihram umrah, tidak boleh diberi harum-haruman dan tutup kepala..
Hukum mengafani
(membungkus) mayat itu adalah fardu ki fayah atas yang yang hidup. Kafan
diambil dari harta si mayat sendiri jika ia meninggalkan harta. Kalau ia tidak
meninggalkan harta, maka kafannya menjadi kewajiban orang yang wajib memberi
belanjanya ketika ia hidup. kalau yang wajib memberi belanja itu juga tidak
mampu, hendaklah di ambilkan dari baitul-mal, dan diatur menurut hukum agama
Islam. jika baitul-mal tidak ada atau tidak teratur, maka hal itu menjadi
kewajiban muslim yang mampu. Demikian pula keperluan lainnya yang bersangkutan
dengan mayat.
Kafan sekurang-kurangnya
selapis kain yang menutupi seluruh badan mayat, baik mayat laki-laki maupun
perempuan. Sebaiknya untuk laki-laki tiga lapis kain; tiap-tiap lapis menutupi
seluruh badannya. Sebagian ulama berpendapat bahwa salah satu dari tiga lapis
itu hendaldah izar (kain mandi), sedangkan dua lapis lagi menutupi seluruh badannya.
Cara Mengafani
1. Mula-mula kita siapkan
segala sesuatunya yang diper-lukan untuk mengkafani mayat (kain kafan dan
lain-lain).
2. Kemudian sobek / koyak
bagian tepi kain kafan tersebut, setelah itu potong kain kafan tersebut
(sesuaikan dengan ukuran pemotongan kain kafan sebagaimana telah disebut pada
huruf B dari aturan pemotongan kain kafan). Hal tersebut hendaklah disesuaikan
dengan kondisi badan/fisik mayat.
3. Seterusnya buatlah bajunya,
kain sarungnya, cawatnya serta sorban bagi mayat laki-laki atau kerudung bagi
mayat perempuan. Disunnatkan pada pertama kali menyobek kain tersebut dengan
membaca :
Allahummaj’al libaasahu (ha) ‘anil kariim wa adkhilhu (ha) Ya
Allahu ta’ala birahmatikal Jannata yaa arhamarraahimiin.
4. Adapun cara meletakkan kain
kafan itu ialah dibujurkan ke arah kiblat (letak kaki mayat ke arah qiblat)
jika tempat mengizinkan. Susunannya adalah sebagai berikut :
a. Letakkan tali kain kafan
sebanyak 5 helai
b. Kain kafan pertama
dibentangkan
c. Ikat pinggang mayat
dibentangkan
d. Kain kafan kedua
dibentangkan
e. Selendang / sal dipasang
f. Sorban dibentangkan di atas
sal / selendang
g. Baju dibentangkan
h. Anak baju dibentangkan di
atas baju
i. Kain sarung dibentangkan di
atas baju
j. Kapas ditebarkan di atas
baju dan kain sarung
k. Selasih serbuk cendana dan
wewangian ditabur di atas kapas
Hendaknya mendahulukan kain yang kanan dari pada kain yang kiri.
Kemudian dihamparkan
sehelai-sehelai, dan di atas tiap-tiap lapis itu ditaburkan wangi-wangian,
seperti kapur barus dan sebagainya; lalu mayat diletakkan di atasnya. Kedua
tangannya diletakkan di atas dadanya, tangan kanan di atas tangan kiri; atau
kedua tangan itu diluruskan menurut lambung nya (rusuknya).[2]
عن عائشة كفن رسول الله صلى الله عليه وسلم فى ثلاثة اثواب بيضسحوليةمن كرسف ليس فيهاقميصولاعمامة. متفق عليه
Diriwayatkan:
Dari Aisyah, "Rasulullah Saw. dikafani dengan tiga lapis kain
putih bersih yang terbuat dari kapas (katun), tanpa memakai gamis dan
serban." (Sepakat ahli hadis)
Mayat perempuan sebaiknya dikafani dengan lima lembar kain, yaitu
basahan (kain bawah), baju, tutup kepala, kerudung (cadar), dan kain yang
menutupi seluruh badannya.
Cara mengkafani jenazah wanita adalah sebagai berikut:
Jenazan wanita dibalut
dengan lima helai kain kafan. Terdiri atas : Dua helai kain, sebuah baju kurung
dan selembar sarung beserta kerudungnya. Jika ukuran lebar tubuhnya 50 cm dan
tingginya 150 cm, maka lebar kain kafannya 150 cm dan panjangnya 150 ditambah
50 cm.
Adapun
panjang tali pengikatnya adalah 150 cm, disediakan sebanyak tujuh utas tali,
kemudian dipintal dan diletakkan sama rata di atas usungan jenazah. Kemudian
dua kain kafan tersebut diletakkan sama rata diatas tali tersebut dengan menyisakan
lebih panjang dibagian kepala.
a. Cara mempersiapkan baju kurungnya.
1. Ukurlah mulai dari pundak sampai kebetisnya, lalu ukuran
tersebut dikalikan dua, kemudian persiapkanlah kain baju kurungnya sesuai
dengan ukuran tersebut.
2. Lalu buatlah potongan kerah tepat ditengah-tengah kain itu agar
mudah dimasuki kepalanya.
3. Setelah dilipat dua, biarkanlah lembaran baju kurung bagian
bawah terbentang, dan lipatlah lebih dulu lembaran atasnya (sebelum dikenakan
pada mayyit, dan letakkan baju kurung ini di atas kedua helai kain kafannya
).lebar baju kurung tersebut 90 cm.
b. Cara mempersiapkan kain sarung.
Ukuran kain sarung adalah : lebar 90 cm dan panjang 150 cm.
Kemudian kain sarung tersebut dibentangkan diatas bagian atas baju kurungnya.
c. Cara mempersiapkan kerudung.
Ukuran kerudungnya adalah 90 cm x90 cm. Kemudian kerudung tersebut
dibentangkan diatas bagian atas baju kurung.
d. Cara mempersiapkan kain penutup aurat.
1. Sediakan kain dengan panjang 90 cm dan lebar 25 cm.
2. Potonglah dari atas dan dari bawah seperti popok.
3. Kemudian letakkanlah diatas kain sarungnya tepat dibawah tempat
duduknya, letakkan juga potongan kapas diatasnya.
4. Lalu bubuhilah wewangian dan kapur barus diatas kain penutup
aurat dan kain sarung serta baju kurungnya.
e. Cara melipat kain kafan.
Sama seperti membungkus mayat laki-laki.
f. Cara mengikat tali.
Sama sepert membungkus mayat laki-laki.
6. Cara Menyolatkan Jenazah
Apabila jenazah sudah dimandikan dan dikafani, hendaknya segera disalatkan.
Sebagaimana sabda
rasulullah saw. Berikut.
Artinya :
Rasulullah saw, bersabda, “ Salatkanlah olehmu akan orang-orang
mati,” (H.R. Ibnu Majah)
Artinya :
Rasulullah saw brsabda, “Salatkanlah Olehmu orang yang mengucapkan
la ilaha illallah.” (H.R. Daruqutni)
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan salat jenazah,
antara lain syarat, rukun, dan cara salat jenazah.
A. Syarat
Salat
1. Semua
yang menjadi syarat fardhu, menjadi syarat salat Jenazah, misalnya menutup
aurat, suci badan dan pakaian, serta menghadap kiblat.
2. Mayat
harus sudah dimandikan dan dikafani
3. Letak mayat di sebelah
kiblat orang yang menyalatkan, kecuali jika salat di atas kubur atau salat
ghaib.
B. Rukun Shalat Jenazah
1. Niat
salat jenazah
2. Takbir empat kali;
3. Membaca
Al-Qur’an-Fatihah setelah takbiratulihram;
4. Membaca solawat nabi sesudah takbir kedua
5. Mendoakan mayat, sesudah takbir
kedua
6. Mengucapkan salam.
C. Cara shalat:
1. Imam berdiri ke arah kepala (apabila jenazah laki-laki) dan ke arah
perut (apabila perempuan)
2. Makmum sekurang-kurangya 3 shaf. Masing-masing shaf lebih baik terdiri dari
5 atau 7 orang.
3. Berniat
Niat untuk jenazah laki-laki
أُصَلِّيْ عَلَى هذَا
الْمَيِّتِ أَرْبَعَ تَكْبِيْرَاتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ فَرْضَ الْكِفايَةِ
اَدَاءً لله تَعَالى
Usholi 'ala hadzal mayyiti
'arba'a takbiirootin mustaqbilal qiblati fardol kifaayati adaa-an lillahi
ta'ala
Niat untuk jenazah perempuan
أُصَلِّيْ عَلَى
هذِهِ الْمَيِّتَةِ أَرْبَعَ تَكْبِيْرَاتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ فَرْضَ
الْكِفايَةِ اَدَاءً لله تَعَالى
Usholi 'ala hadzihil mayyitati 'arba'a takbiirootin mustaqbilal qiblati
fardol kifaayati adaa-an lillahi ta'ala
Tambahkan lafadz imaaman atau ma'muuman apabila berjama'ah
(sesuai kondisi)
4. Takbir pertama, membaca Surat Al-Fatihah, tidak disunnatkan
membaca do'a iftitah
5. Takbir kedua, membaca sholawat
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى
سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدناَ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
سَيِّدناَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدناَ إِبْرَاهِيْمَ وَ بَارِكْ عَلَى
سَيِّدناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدناَ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
سَيِّدناَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدناَ إِبْرَاهِيْمَ فِي العَالَمِيْنَ
إِنَّكَ حَمِيْدُ مَجِيْدٌ
Allahuma sholli 'ala
sayyidina Muhammad, wa 'ala aali sayyidina Muhammad, kama shollaita 'ala
sayyidina Ibrohim, wa 'ala aali sayyidina Ibroohim, wa barik 'ala sayyidina
Muhammad, wa 'ala aali sayyidina Muhammad, kama barokta 'ala sayyidina Ibohim,
wa 'ala aali sayyidina Ibrohim, fil 'aalamiina innaka hamiidum majiid
6. Takbir ketiga, membaca do'a :
اللّهمّ اغْفِرْ لَهُ
(هَا) وَارْحَمْهُ (هَا) وَعَافِيْهِ (هَا) وَاعْفُ عَنْهُ (هَا) وَاَكْرِمْ نُزُلَهُ
(هَا) وَوَسِّعْ مَدْخََلَهُ (هَا) وَاَغْسِلْهُ (هَا) بِالْمَآءِ وَالثّلْجِ
والْبَرَدِ وَنَقِّهِ (هَا) مِنَ
الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثّّوْبُ الْاَبْيَضُ مِنَ الدّنَسِ و اَبْدِلْهُ
(هَا) دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ (هَا) وَ اَهْلاً خَيْرًا مِنْ اَهْلِهِ (هَا)
وَزَوْجٍا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ (هَا) وَاَدْخِلْهُ (هَا) الْجَنّةَ وَ اَعِذْهُ (هَا) مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَ
فِتْنَتِهِ وَ مِنْ عَذَابِ النّارِ
Allahummagfir lahuu (haa) warhamhuu (haa) wa 'afiihi (haa) wa'fu 'anhuu
(haa) wa akrim nuzulahuu (haa) wa wassi' madkholahuu (haa) wa agsilhuu (haa)
bilmaa-i wa tsalji walbarodi wa naqqihii (haa) minal khotoyaa kamaa ynaqqo
tsubul abyadlu minad danasi wa abdilhu (haa) daaron khoiron min daarihii (haa)
wa ahlan khoiron min ahlihii (haa) wa zaujan khoidon min zaujihi (haa) wa
adkhilhuu (haa) aljannata wa a-idzhuu (haa) min adzaabil qobri wa fitnatihi wa
min adzaabin naar
Dalam membaca do'a ganti lafadz هُ (hu)
menjadi هَا (haa) apabila jenazahnya perempuan.
7. Takbir keempat, membaca do'a :
للّهُمّ لاَ
تَحْررِمْنَا اَجْرَهُ (هَا) وَ لاَ تََفْْتِنّاََ بَعْدَهُ (هَا) وَاغْفِرْ لَنَا
وَلَهُ (هَا) وَلِإِخْوانِناََ اّلَذِيْنَ سَبَقُوْنَ بِالْإِيْمَانِ وَا لاَ
تَجْعَلْ فِى قُلُوْبِناَ غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوا رَبّنَا إِنّكَ رَءُوْفٌ
رَحِيْمٌ
Allahumma laa tahrimnaa
ajrohuu (haa) walaa taftinaa ba'dahuu (haa) wagfir lanaa wa lahuu
(haa) wa li ikhwanina ladzina sabaquuna bil imaani wa la taj'al fi quluubina
gillal lilladzina amanuu robbana innaka rouufur rohiim
Bila jenazahnya anak-anak, disunnatkan membaca :
اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُ
(هَا) فَرَطًَا لِاَبَوَيْهِ (هَا) وَسَلَفًا وَذُخْرًا وَعِظَةً وَاعْتِبَارًا وَشَفِيْعًا
وَ ثَقِّلْ بِهِ (هَا)
مَوَازِيْنَهُمَا وَاَفْرِغِ الصَّبْرَعَلىٰ قُلُوْبِهِمَا وَلاَ تَفْتِنْهُمَا
بَعْدَهُ (هَا) وَلاَ تَحْرِمْهُمَا اَجْرَهُ (هَا).ا
Allahumaj'alhuu (haa)
farothon li abawaihi (haa) wa salafan wa dzukhron wa 'idzotan wa'tibaaron wa
syafii'an. Wa tsaqqil bihii (haa) mawaaziinahuma, wa afrigis shobro 'ala
quluubihima, wala taftinhumaa ba'dahuu (haa) wa laa tahrimhuma ajrohuu (haa)
8. Salam
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ
وَ رَحْمَةُ اللهِ وَ بَرَكَاتُهُ
7. Cara Menguburkan Jenazah
Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam penguburan jenazah adalah sebagai berikut.
1) Jenazah segera dikuburkan.
2) Liang lahat dibuat seukuran jenazah dengan kedalaman kira-kira setinggi
orang ditambah setengah lengan dengan lebar kira-kira 1 meter.
3) Liang lahat tidak bisa dibongkar oleh binatang buas. Maksud menguburkan
jenazah untuk menjaga kehormatan mayat dan menjaga kesehatan orang-orang di
sekitar makam dari bau busuk.
4) Mayat dipikul dari keempat penjuru.
5) Setelah sampai di tempat pemakaman, jenazah dimasukkan ke liang lahat dengan
posisi miring ke kanan dan dihadapkan ke kiblat. Ketika meletakkan jenazah di
dalam kubur, kita membaca doa berikut ini.
6) Lepaskan tali-tali pengikat, lalu tutup dengan papan, kayu, atau bambu, dan
ditimbun sampai galian liang kubur menjadi rata.
7) Mendoakan dan memohonkan ampun untuk jenazah.
PENUTUP
1. Kesimpulan
Bahwasanya semua makhluk yang bernyawa itu semuanya akan mengalami yang namanya
kematian. Oleh karena itu kita semua harus mempersiapkan bekal dari dunia ini
untuk mempertanggung jawabkan di akhirat kelak. Oleh karena itu pula kita
sebagai umat islam harus saling membantu satu sama lain. Seperti mengurus jenazah
yang hukumnya fardu kifayah.
2. Saran- saran
Kita sebagai sesama umat islam harus tetap saling membantu mengurus jenazah
orang lain walaupun orang itu pernah mempunyai salah kepada kita ataupun
menyakiti hati kita karena sesungguhnya mengurus jenazah itu adalah surah Rasul
dan hendaknya kita mengikhlaskan semua hutang yang pernah dipinjam oleh orang
yang meninggal dunia tersebut kepada kita serta memohonkan ampun bagi si mayit
agar amal kebaikannya dapat diterima disisi-Nya.
H.Rasyid Sulaiman, Fiqh Islam
Cetakan 4,(.Bandung:,Sinar Baru Algensindo,2010), hlm. 71
Bahreisj Hussein, Pedoman
Fiqh Islam,( Surabaya:, Al-ikhlas, 1981), hlm. 82
M. Nashiruddin
Al-Albani, Tuntunan Lengkap Mengurus
Jenazah, (Jakarta:, Gema Insani, 1999),
hlm 112